Wednesday, February 24, 2010

Dakwah Dusta . . . . .


Seakan – akan beriman. Sholat nya seolah – olah khusyuk. Ia cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudhu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang ikhwan yang merayu akhwat dalam aktifitas da'wahnya? berlindung di balik ”sms tausiyah”? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir ? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini?

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia ?

Kita harus banyak belajar. Belajar tentang bagaimana seharusnya beriman. Sholat yang disertai cucuran airmata, tidak serta merta mendefinisikan seseorang tersebut soleh dan alim. Mungkin ada seseorang yang menelungkupkan kening nya setiap hari begitu lama, sampai meninggalkan bekas hitam. Mungkin ada yang sholat dengan bacaan – bacaan yang panjang, sampai makmum yang dibelakang hampir – hampir tidak kuat berdiri. Mungkin banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk berzikir. Mungkin dan mungkin lagi yang lainnya.

Jasad mereka merasa sedang berjalan menuju Tuhan, tetapi hatinya tidak. Padahal yang terjadi adalah mereka sedang memuja dirinya. Mereka nampak beriman, orang lain pun bisa memandang mereka beriman, seperti sang aktivis muslim yang pandai bertutur dengan kata – kata bijak nan memukau, dengan segudang aktivitas amal tiada habis – habisnya, begitu nampak,tetapi ketulusan niat nya tidak untuk Allah,
Karena cerita akhirat hanya sebatas dongeng pengantar tidur.hanya itu. Dan mereka hanya seakan – akan beriman.

No comments:

Post a Comment